Sabtu, 24 Maret 2012

Kunci Presentasi


Rukun Presentasi
Kontak Visual
Vokal
Mimik Harus Jelas


Menyampaikan Presesntasi
Atraktif
“Tangkap dan mempertahankan perhatian mereka!”
Tips supaya atraktif
-          Ukuran huruf harus besar
-          Gunakan huruf balok
-          Hanya kata kunci saja
-          Gambar dan grafik harus sesuai dengan topic
-          Gunakan warna
-          Jangan terlalu banyak tulisan/ informasi
-          Turn, touch, talk (jangan terpaku)
-          Jangan bicara pada slide
-          Gunakan alat bantu peraga
·        Membantu presenter menjelaskan secara sistematis
·        Menarik perhatian audience
·        Membantu audience focus pada poin pembahasan
·        Memudahkan audience untuk mudah mengingat
·        Menjaga waktu agar presentasi efisien dan efektif
Argumentatif
“yakinkan mereka dengan penjelasan yang logis”
-          Gunakan grafik/ gambar (gunakan data yang jelas)
-          Tampilkan hasil penelitian
-          Sajikan bukti pendukung
-          Gunakan contoh
-          Tampilkan testimony/pengakuan
-          Dapatkan masukan dari peserta
-          Perhatian dan focus pada peserta (aktif mendengar)

Imajinatif
“Buat mereka melihat apa yang anda lihat”
-          Tanyakan kepada peserta, bagaimana jika….
-          Sampaikan hasil yang diharapkan
-          Jelaskan kemungkinan-kemungkinan
-          Tampilkan alternatif – alternative (menggambarkan sesuatu, menceritakan sebuah pesan, peran sahabat)
-          Tampilkan video yang mendukung
Inspiratif
“Buat mereka merasakan apa yang anda rasakan“
-          Mengacu pada sesuatu kejadian yang terbaru
-          Bergairah pada topic (beradalah dan hadirlah disana)
-          Menyampaikan cerita (cerita nyata lebih baik)
-          Sampaikan kisah pribadi (habiburahman El Shirazi, dll)
-          Tampilkan emosi anda


Kisah Wanita Hebat Menginspirasi


Sudah bukan waktunya lagi membedakan kedudukan laki-laki dan wanita. Saat ini sudah banyak bidang yang tidak lagi hanya dikuasai oleh laki-laki, tetapi juga para wanita. Semua wanita itu hebat.
Wanita adalah orang yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan berbagai orang penting. Tidak sedikit kisah wanita hebat yang bisa menjadi ibu dari seorang presiden, perdana menteri sekjen PBB, panglima perang, polisi, dokter, insinyur, sampai guru.
Banyak kisah wanita-wanita hebat, yang kehebatannya bukan saja melebihi pria di sekelilingnya, tetapi juga telah mengubah dunia. Sejarah juga terus menulis peran dahsyat wanita di balik kisah tokoh-tokoh besar; dari pemimpin negara sampai nabi, yang perannya  bahkan menjadi penentu ketokohan si tokoh.
Beberapa kisah wanita hebat di dunia ini antara lain:
1.   Siti Khadijah, terkenal dengan akhlak dan budi pekertinya yang baik. Ia adalah orang yang pertama mengakui kenabian Rasulullah SAW. Seorang yang berpengaruh di balik kesuksesan Rasulullah saw dalam bertahan melawan hinaan, cacian, dan dusta yang dilontarkan masyarakat Quraisy saat itu. Memainkan peran besar dalam da’wah nabawiyah, Muhammad saw.
2.   Siti Aisyah, seorang perempuan yang cerdas dan berani. 
3.   Kartini, pejuang emansipasi wanita Indonesia. 
4.   Cut Nyak Dien, pahlawan wanita kemerdekaan Indonesia. 
5.   Marie Curie, Ahli fisika dan kimia yang berhasil menemukan polonium. Selain itu juga pionir di bidang radioaktif sekaligus orang pertama yang berhasil mendapatkan dua hadiah Nobel untuk dua bidang berbeda dan professor wanita pertama di University of Paris.
6.   Benazir BhutoKeberaniannya menentang pemerintah militer di Pakistan dan mendirikan gerakan bawah tanah akhirnya membawa Benazir Bhuto ke kursi Perdana Mentri. Bhuto merupakan salah satu pemimpin perempuan pertama di negara Islam yang mampu menduduki kursi Perdana Menteri hingga dua kali.
7.   Dewi Sartika, Fatmawati, Lady Diana, Oprah Winfrey, Mother Theresa, Ratu Elisabeth, Hillary Clinton, Megawati Soekarnoputeri, Mutia Hatta, Sri Mulyani, Siti Fadillah Supari, dan masih banyak lagi kisah wanita hebat yang terlahir di dunia ini.
Dari kisah wanita hebat tersebut, dapat kita lihat bahwa mereka adalah wanita yang tangguh dalam menjalani hidup, punya kemampuan dan kekuatan untuk menjadi seseorang yang hebat dalam bidangnya.
Salut untuk mereka, karena untuk menjadi wanita yang diakui dunia mempunyai kapabilitas dan dianggap berpengaruh dalam bidangnya adalah hal yang tidak gampang. Butuh perjuangan tanpa henti dan niat yang kuat.
Sehingga, tak cukup alasan, sebenarnya, untuk masih saja menyoal peran wanita yang konon tak seleluasa pria. Ya tergantung wanitanya juga.
Mau terlibat dalam porsi seberapa besar, mau berkiprah seberapa luar biasa, tanpa harus meratapi nasib ketika, katakanlah, merasa priaterlalu mendominasi. Bukankah wanita memang tak harus jadi sehebat kisah wanita Kartini untuk membuat hidupnya berguna.
Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakuan yang lebih baik.
Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah, yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan. Dan, menjadikan Anda seperti kisah wanita hebat bukanlah sebuah kemustahilan.

Skripsiku

BAB 1
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Manajemen merupakan pemanfaatan dari semua factor sumber daya dari sebuah organisasi atau unit kerja dalam pemanfaatan seteak horder secara sistematis yang dilakukan bersama-sama dengan anggota kerja yang terkait untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi.[1].
Organisasi pembelajar (learning organizationmerupakan pendekatan yang relative baru komplek dan terumenerus berkembang seiring perkembangannya pemikiran serta pemahaman terhadap organisasi pembelajar, sehingga perlu banyak model organisasi untuk dikembangkan.
Untuk merealisasi organisasi yang mampu mengembangkan sumber manusia perlu adanya kepemimpinan yang visioner (visionary leadership) yang mampu merealisasikan visi menjadi aksi dan mampu mewujudkan impian menjadi nyata.
Kepemimpinan visioner diperlakukan bagi semua organisasi, kepala sekolah merupakan factor dominan dari kehidupan sekolah. Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerja banyak tergantung pada kwalitas kepemimpinan kepala  sekolah.  Kualitas  kepemimpinan  kepala sekolah ditentukan oleh kopetensi yang dimiliki, keterampilan manajerial yang dikuasai, dan daya kepemimpinan  yang sesuai dengan kondisi sekolah terutama tingkat kematangan dan tanggung jawab guru dalam menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran sekolah.[2]
Pentingnya upaya memperdayakan tenaga kependidikan, untuk melihat efektifitas kinerja, Larensen dan Mitehel mengsulkan beberapa teori, antara lain pendekatan kontingensi (contingency approach) sebagai gabungan dari pendekatan lain. Intinya adalah kinerja akan tergantung pada perpaduan yang tepat antara individu dan pekerjaannya. Untuk mencapai produktifitas sekolah secara maksimum, sekolah harus menjamin dipilihnya orang yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang memungkinkan bagi mereka untuk bekerja yang oktimal.
Pada dasarnya produktifitas  mencakup  sikap mental patriotik, yang memandang  hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Kerja produktif memerlukan ketrampilan kerja yang sesuai dengan isi kerja sehinga bisa menghasilkan penemuan-penemuan baru untuk memperbaiki dan meningkatkan cara kerja, atau minimal mempertahankan cara kerja yang sudah dianggap baik. Untuk itu, kerja produktif perlu didukung oleh kemampuan yang tinggi, kemampuan kerja yang sesuai dengan isi kerja, lingkungan yang nyaman dan kondusif, penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, jaminan social yang memadai, kondisi kerja yang manusiawi, serta yang harmonis.
Selanjutnya beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja sekolah, antara lain melalui pembinaan disiplin tenaga kependidikan, pemberian motivasi, penghargaan(reward) dan persepsi.[3]
Kunci keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan evektifitas penampilan seorang kepala sekolah. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah dan keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah.
Pada saat ini masalah ke kepala sekolahan,merupakan suatu peran yang menuntut persaratan kualitas kepemimpinan yang kuat. Bahkan telah berkembang menjadi tuntutan yang meluas dari masyarakat, sebagai kriteria keberhasilan sekolah diperlukan adanya kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas.
Betapa perlunya kualitas kepemimpinan kepala sekolah, maka selalu ditekankan pentingnya tiga kemampuan dasar yang perlu dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu:conceptual skils, humam skils dan technical skills.[4]
B.  RUMUSAN MASALAH.
Bagaimanakah Upaya Kepala Sekolah Dalam Memperdayakan Guru Yang Professional Di SMAYapita Surabaya 2010-2011.
C.     TUJUAN PENELITIAN.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari pembahasan dan penelitian ini adalah untuk mengetahui  upaya kepala sekolah dalam memperdayakan Guru yang profesional di SMA YAPITA Surabaya.
D.    MANFAAT PENELIT IAN
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsih atau juga sebagai referensi bagi kepala sekolah sebagai upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru profesional disekolah, sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien serta dapat mencapai tujuan pendidikan yang di inginkan.
2. Manfaat praktis
a. Secara praktis, penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan kepala sekolah sebagai upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru professional.
 b. Sebagai tanggung jawab aplikasi ilmu yang diperoleh selama belajar disekolah tinggi agama islam luqman al-hakim (STAIL). Dan untuk memenuhi persyaratan akademik dalam menempuh gelar sarjana pendidikan islam pada program kependidikan islam (KI) jurusan tarbiyah sekolah tinggi agama islam luqman Al-hakim (STAIL) pondok pesantren hidayatullah Surabaya.
c. Sebagai masukan bagi jurusan tarbiyah terutama jurusan kependidikan islam agar lebih respon dan banyak belajar, terhadap perkembangan lembaga pendidikan dan pentingnya menjadi pendidikyang professional, khususnya pendidikan islam baik untuk saat ini maupun yang akan datang.
E.     DEFINISI OPERASIONAL.
Manajemen menurut George R.Terry adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan ,dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan. Menggunakan manusia dan sumber-sumber lainnya.[5]
Kepala sekolah/  , mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam mengambil keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan[6].
Menurut Snyder dkk (1993), pemberdayaan berarti memberikan pegawai suatu pekerjaan untuk dilakukan dan kebebasan bagi mereka untuk melakukannya secara kreatif. Itu berarti membiarkan pegawai untuk mencoba ide-ide baru, meskipun ide tersebut belum pernah dipertimbangakan atau sebelumnya ditolak. Membiarkan pegawai untuk mencoba dan gagal atas pekerjaannya tampa disertai hukuman.[7]
Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian  khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain, guru professional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya,(agus F. Tomyong, 1987).[8]
F.      METODELOGI PENELITIAN
 Metode penelitian adalah cara untuk mengkaji sebuah permasalahan hingga membuahkan hasil yang diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.[9]
Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan deskriptif.
1.    Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif.sedangkan yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau cara – cara lain dari pengukuran (kualifikasi).adapun alasan untuk menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti yang dimana para peneliti metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Hal ini dikarenakan data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis yang mana seorang peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu.[10]
2.    Subyek penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. karena berdasarkan fakta atau kenyataan mereka yang bertanggung jawab dengan hal – hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
3.    Sumber data dan jenis data
a.     Sumber  data
Menurut Lofland (1984;47) sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti  dokumen dan lain-lain.[11] Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video / audio tape, pengambilan foto / film.
b.    Jenis data
Jenis data pada penelitian kualitatif dibagi kedalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.
1)   Kata-kata
Kata-kata dan tindakan adalah orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta dan merupakan hasil usaha dan gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.
2)   Sumber tertulis
Dilihat dari segi sumber data, bahan yang berasal dari sumber  tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.
3)   Foto
Sudah banyak dipakai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.
4)   Data Statistik
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar belakang peneliti.
4.    Teknik pengumpulan data
Sebagaimana pada umumnya bahwa pengumpulan data dalam sebuah penelitian membutuhkan beberapa metode penelitian. Pengumpulan data adalah reseach ilmiah bertujuan memperoleh bahan-bahan yang relefan, akurat dan reliabel. Dalam usaha pengumpulan data yang memenuhi kreteria diatas maka dalam hal ini peneliti menggunakan teknik:
a.     Teknik observasi
Dalam penelitian kualitatif pengamatan dimanfaatkan sebesar – besarnya seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981;191-193) sebagai berikut:
1)   Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengalaman secara langsung.
2)   Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian dan sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
3)   Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan profosional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
4)   Sering terjadi pada keraguan pada peneliti, Jangan – jangan pada data yang dijaringnya ada data yang “menceng” atau bias. Hal ini disebabkan karena kurang tepat dalam mengigat peristiwa atau hasil wawancara, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat.
5)   Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi – situasi yang rumit.
6)   Dalam kasus - kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,  pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.[12]
Pada penelitian ini menggunakan pengamatan yang dilakukan secara langsung, melihat kejadian yang sebenarnya dan mencatat data yang berkaitan dengan upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru yang professional di SMA YAPITA Surabaya tahun 2010-2011
b.    Teknik wawancara
                 Adapun teknik wawancara dilakukan untuk mencari informasi tentang upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru yang professional di SMA YAPITA Surabaya. Wawancara akan dilakukan kepada kepala sekolah dan guru.
c.     Teknik dokumentasi
                 Dokumentasi berasal dari kata dokumen,yang artinya barang – barang tertulis.Dalam metode dokumentasi ini,peneliti menyelidiki benda – benda tertulis seperti buku – buku,majalah,dokumen,peraturan – peraturan,notulen rapat,catatan harian dan sebagainya.[13]
Agar peneliti mendapat kemudahan dalam mendeskripsikan data yang ada,sekaligus menambah keabsahan data penelitian ini. Maka peneliti sangat perlu untuk memakai metode dokumentasi dalam penelitian.karena metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa – peristiwa yang sudah berlalu.
Dengan tehnik dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data – data yang dapat digunakan sebagai bukti dari penelitian yang dilakukan diantaranya adalah jenis – jenis perencanaan,strategi perencanaan untuk mendukung hasil observasi.
d.    Teknik analisis data
                 Dalam tehnik analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa data analysis in the process of systematically searching and arraging the in terview ranscriptc,fieldonets,and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to ot hers. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara,catatan lapangan,dan bahan – bahan lain,sehingga dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,menjabarkannya dengan unit–unit, melakukan sistesa, menyusun kedalam pola, memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritan kepada orang lain.[14]
Teknik analisis data yang peneliti gunakan bersifat induktif, adapun langkah – langkahnya meliputi:
a.    Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti.makin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, komples dan rumit. untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui raduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,memilih hal-hal yang pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambarang yang lebih jelas,dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan kode pada aspek – aspek tertentu.[15]
b.   Display data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan data. Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yng telah dipahami tersebut.[16]
c.    Penarikan simpulan dan vertifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miless dan Heberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti kuat yang mengandung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat meneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.[17]




G.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN
.
Dalam penelitian skripsi ini Peneliti akan menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I:  Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II:  yaitu kajian pustaka yang di dalamnya menguraikan tentang upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru profesional
BAB III metode penelitian yang membahas tentang pendekatan dan jenis penelitian serta teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV: Analisis Data yang membahas tentang Upaya Kepala Sekolah Dalam Memberdayakan Guru Profesional
BAB V: berisi tentang kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian, saran-saran, daftar pustaka, dan lampiran.










BAB II
LANDASAN TEORI
A.    KEPALA SEKOLAH
1.      Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pimpinan tertinggi disekolah yang bertugas mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan semua personal yang dibawahnya.[18]
Kepala sekolah merupakan top leader pimpinan tertinggi. Kebijakan-kebijakan yang diambilnya akan berpengaruh kepada maju mundurnya sekolah yang dipimpin. Namun pengaruh tersebut tidak bersifat pasti, melainkan dinamis. Karena segala bentuk komunikasi yang terjadi, baik yang bersifat formal atau yang tidak formal, merupakan masukan yang bisa dijadikan pertimbangan bagi kepala sekolah untuk mengambil kebijakan.
Setidaknya ada beberapa alas an kemajuan sekolah tergantung dan diarahkan pada kiprah kepala sekolah, diantaranya:
Pertama, Kepala sekolah merupakan tokoh sentral pendidikan. Berbagai macam aturan dan kurikulum yang selanjutnya direalisasikan oleh para guru sudah pasti atas koordinasi dan otokrasi dari kepala sekolah. Secerdas dan sepandai apapun  guru tanpa dukungan dan akses dari kepala sekolah tentu tidak akan banyak bermanfaat. Demikian juga dengan peserta didik. Peserta didik dapat belajar dan membelajarkan diriny a hanya fasilitas kepala sekolah. Dapat dikatakan cita-cita mulia pendidik secara tidak langsung diserahkan kepada kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperang dalam meningkatkan kuwalitas pendidikan seperti yang diungkapkan Supriadi ( 1998 : 346 ) bahwa erat hubungannya antara  mutu kepala sekolah dengan  berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dan sebagaimana juga dikemukakan pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaran kegiatan penddidikan, administrasi, pembinaan tenaga pendidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana.
Kedua, kepala sekolah merupakan konseptor managerial. Di sini peran kepala sekolah bukan hanya mengumpulkan ragam potensi pinata usaha , guru, karywan dan peserta didik. Melainkan juga seorang figur pemimpin yang dapat mendayagunakan semua potensi yang ada dalam sekolah untuk mewujudkan suatu visi dan misi  sebuah sekolah yang dipimpinnya.
 Seorang kepala sekolah menduduki jabatannya karena ditetapkan dan diangkat oleh atasan ( kepala kantor  Dep. P dan K atau yayasan ). Akan tetapi untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan lancar ia perlu diterima dengan tulus dan ikhlas serta diakui kemampuan dan kepemimpinanya oleh para guru yang dipimpinya.
Kepala sekolah harus mampu menampilkan kepemimpinan tim ( team ledership ) bersama wakil kepala sekolah, demikian juga dengan guru dan staf lainnya. Mereka ini nantinya bukan tidak mungkin nantinya dipilih oleh anggota komite sekolah,  yang anggotanya terdiri dari guru-guru, tokoh masyarakat, LSM penyenggaraan  pendidikan, alumni, siswa, lembaga bisnis, para pakar, dan pihak lain yang dipandang relevan.
Secara tim kepala sekolah akan memerankan fungsi pemimpin sekolahnya, termasuk dalam kerangka desain  strategi dan arah, mengembangkan dan mengoptimalkan rencana perbaikan sekolah, mengukur dan melaporkan kemajuan yang dicapai.
Disamping itu kepala sekolah dan tim harus mampu menjalin komunikasin dengan masyarakat, mengolah sumber-sumber, bekerjasama dengan orang tua murid dan keluarga, serta membuat kebijakan praktek kerja yang manjur bagi perbaikan prestasi belajar siswa.[19]
Kepala sekolah harus mampu memperhatikan tiga hal, yaitu: proses pendayagunaan seluruh sumber organisasi, pencapaian  tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing. Kepala sekolah juga memberikan bimbingan dan pengarahan bagi para guru, karyawan dan para staf yang ada serta memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai tujuan.[20]
Oleh karena itu tidak sembarangan orang yang mampu untuk menjadi kepala sekolah apalagi menjalankan tugasnya sebagai pemimpin.
2.      Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya dan upaya bersama untuk menggerakkan semua sumber dan alat ( resources) yang tersedia dalam suatu organisasi. Resources tersebut dapat digolongkan menjadi dua bagian besar, yaitu humam resources dan non humam resources. Dalam lembaga pendidikan yang termasuk salah satu unit organisasi, juga terdiri dari berbagai unsur atau sumber, dan manusialah yang merupakan unsure terpenting.
   Bass dan Aviola mengusulkan empat dimensi dalam kadar kepemimpinan transformasional dengan konsep “ 4 I “ yang artinya:
a)   I ” pertama adalah idealized influence, yang dijelaskan sebagai prilaku yang menghasilkan rasa hormat ( respect ) dan rasa percaya diri ( trust ) dari orang yang dipimpinnya. Idealized influence mengandung makna saling berbagi resiko melalui pertimbangan kebutuhan para staf diatas kebutuhan pribadi dan perilaku moral secara etis.
b)   I “ kedua adalah inspirational motifation, tercemin dalam perilaku yang senantiasa menyediakan tantangan bagi pekerjaan yang dilakukan staf dan memperhatikan makna pekerjaan bagi staf . pemimpin menunjukkan atau mendemonstrasikan komitmen terhadap sasaran organisasi melalui perilaku yang dapat diobservasi staf. Pemimpin adalah seorang motivator yang bersemangat untuk terus membangkitkan antusiasme dan optimism staf.
c)   I “ ketiga adalah intellectual stimulation, yaitu pemimpin yang mempraktikkan inovasi-inovasi. Sikap dan kepemimpinannya didasarkan pada ilmu pengetahuan yang berkembang dan secara intelektual ia mampu menterjemahkan dalam bentuk kinerja yang produktif.
d)  I “ keempat adalah individualized consideration, pemimpin merefleksikan dirinya sebagai seorang yang penuh perhatian dalam mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan, ide, harapan-harapan, dan segala masukan yang diberikan staf.[21]

DR. Dwi Suryanto mengartikannya sebagai seorang pemimpin yang dengan sekuat tenaga berfikir, merenung dan selalu mengidentifikasi kebutuhan dan mengenali kebutuhan para karyawannya. Dia juga memberikan kesempatan kepada para karyawannya untuk belajar seluas-luasnya menjadi pelatih dan pembimbing yang baik bagi mereka.[22]  
   Memperhatikan empat dimensi yang harus ada dalam kepemimpinan trasformasional diatas, sebenarnya dalam agama islam juga sudah diterapkan oleh sosok seorang pemimpin yang sempurna yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau memiliki empat sifat yang juga beliau terapkan dalam kepemimpinannnya, dengan empat sifat tersebut beliau menjadi disegani, dihormati, berwibawa dan menjadi tauladan yang sempurna bagi semua umat islam.
   Keempat sifat tersebut telah disebutkan dalam sebuah buku yang dikarangan oleh Imam Nawawi al-Bantani, yakni Nur Ad-Dzolam, beliau menjelaskan dari sebuah syair ‘Aqidatul’ awam: yang artinya, Allah telah mengutus para Nabinya yang memiliki Fathanah ( kecerdasan ), Shiddiq    ( kejujuran ),  Tabliq ( menyampaikan ), dan Amanah ( dapat dipercaya).[23]
3.      Peran Kepala Sekolah
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan Kepala Sekolah. Karena ia merupakan pemimpin dilembaganya, maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang baik.
   Dinas pendidikan ( dulu : Dekdikbut ) telah menerapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaan sebagai educator, manajer, administrator, dan superfisor ( EMAS ). Dalam perkembangan selamjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader,inovator, dan motivator disekolahnya. Dengan demikian dalam paradigm baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator ( EMASLIM )[24]
a.    Educator ( Pendidik )
Pendidik mengandung arti bahwa kepala sekolah berperan dalam proses pembentukan karakter yang didasari nilai-nilai pendidik.
  Educator atau pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusian. Educator menurut undang-undang sistem Pendidikan Nasional adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingn dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
  Educator bertugas mengarahkan dan mentransformasi pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didiknya, guna mencapai sesuatu yang bermakna. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pendidik harus bisa menjalankan fungsinya, memiliki strategi yang tepat untuk meningkakan profesionalisme tenaga pendidik dan pendidikan disekolahnya, menciptakan iklim yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah , memberikan dorongan kepada seluruh warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik dan mengadakan program akselerai bagi peserta didik.[25]
  Sumidjo ( 1999 : 122 ) mengemukakan bahwa memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung dalam difinisi pendidik, melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna pendidikan, sarana pendidikan, dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan. Untuk kepentingan tersebut kepala sekolah harus berusaha menanamkan , memajukan, dan meningkatkan  setidaknya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik, dan artistik.[26]
b.   Manajer
  Manajer artinya, bahwa kepala sekolah berperan dalam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan instituasi secara efektif dan efisien melalui fungsi-fungsi manajerial.
  Dikatakan sebagai seorang namajer karena kemampuannya mendayagunakan berbagai kegiatan dan mengolah berbagai kondisi atau keadaan lingkungan untuk  menyelesaikannya dengan lembaga yang dipimpinnya.
  Dalam rangka melakukan peran dan fungsinnya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan yang ada disekolahnya, diantaranya:
1.    Mendayagunakan tenaga lain dari luar sekolah yang dipimpinnya (bekerjasama) Dalam meningkatkan mutu manajemen di internal sekolah.
2.    Memberikan kesempatan kepada para tenaga pendidik dan kependidikan untuk meningkatkan profesinya.
3.    Mendorong dan betul-betul memanfaatkan tenaga pendidik dan kependidikan  untuk meningkatkan profesinya.[27]
c.    Administrator
Administrator berarti kepala sekolah berperan dalam  mengatur tata laksan  system administrasi disekolah sehingga efektif dan efisien.
Dalam melaksanaka fungsinya sebagai administrator secaraa aspesifik kepala sekolah harus memiliki kemampuan antara lain:
1)   Kemampuan mengelola kurikulum
2)   Kemampuan mengelola administrasi peserta didik
3)   Kemampuan mengelola administrasi personalia
4)   Kemampuan mengelola administrasi sarana dan prasarana
5)   Kemampuan mengelola administrasi kearsipan
6)   Kemampuan mengelola administrasi keuangan.[28]

d.   Supervisor
Supervisor berarti kepala sekolah berperan dalam memberikan pembinaan terhadap guru-guru dan personel sekolah lainnya agar meningkatkan kemampuan dan kinerjanya serta saling bekerjasama dalam merealisasikan program pendidikan disekolah.[29]
Dari penjelasan diatas, maka seorang kepala sekolah dalam fungsinya sebagai supervisor sekolah harus mampu dalam tiga hal, yaitu:
1)   Kemampuan menyusun program supervise pendidikan di lembaganya dan dapat melaksanakan dengan baik. Melaksanakan supervise kelas secara berkala baik supervise akademis maupun supervise klinis.
2)   Kemampuan memanfaatkan hasil supervise untuk meningkatkan kinerja guru dan karyawan.
3)   Kemampuan memanfaatkan kinerja guru/karyawan untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.
e.    Leader ( pemimpin )
 Artinya kepala sekolah berperan dalam upaya mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama mencapai visi dan tujuan bersama. Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.
Wahjosumijo ( 1999:110 ) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasa.[30]
Kepala sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup beberapa hal, yaitu:
1)   Kepribadian yang jujur percaya diri, dan tanggung jawab.
2)   Kemampuan memahami situasi dan kondisi tenaga pendidik dan kependidikannya
3)   Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah
4)   Kemampuan pengambilan keputusan
5)   Kemampuan berkomunikasi dalam lingkungan kerjanya.[31]

f.     Inovator
  Kepala sekolah sebagai innovator adalah pribadi yang dinamis dan kreatif, yang tidak terjebak pada suatu rutinitas pekerjaan sehari-hari sehingga tidak ada waktu luang untuk memikirkan bagaimana menjadikan kegiatan disekolah lebih menyenangkan. Sebagai inovator kepala sekolah harus mampu menemukan inovasi-inovasi baru baik dalam menggerakkan seluruh karyawannya ataupun  dalam pembelajaran, bukan hanya menjalankan rutinitas yang sudah ada dengan cara-cara lama yang sudah berjalan.
  Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberi teladan kepada seluruh tenaga kependidikan disekolah dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.[32]

g.   Motivator
Motifator adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkahlaku.[33] Artinya kepala sekolah harus mampu memberi dorongan sehingga seluruh komponen pendidikan dapat berkembang secara professional. Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga pendidik dalam menjalankan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi dapat ditumbuhkan melalui:
1)   Pengaturan lingkungan fisik
2)   Pengaturan suasana kerja
3)   Disiplin
4)   Dorongan
5)   Penghargaan ( reward ) [34]
6)   Cara Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru
Kinerja suatu organisasi sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berada didalamnya. Apabila sumberdaya manusianya memiliki motivasi tinggi, kreatif, dan mampu mengembangkan inovasi, kinerjanya akan menjadi semakin baik. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkakan kinerja guru antara lain melakukan pembinaan disiplin tenaga pendidikan, pemberian motifasi, penghargaan ( reward ), dan persepsi.[35]
1.    Pembinaan Disiplin Tenaga Kependidikan
Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri ( self discipline ). Dalam kaitan itu kepal sekolah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut ( Callahanand, 1988 : 161) :
a.    Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola perilaku.
b.    Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standart perilakunya
c.    Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.
Adapun pentingnya disiplin untuk menanamkan :
a.    Rasa hormat terhadap kewenangan
b.    Upaya untuk menanamkan kerjasama
c.    Kebutuhan untuk berorganisasi
d.   Rasa hormat terhadap orang lain
Peningkatan produktifitas kerja tenaga kependidikan perlu dimulai dengan sikap demokratis. Oleh karena itu dalam membina disiplin, tenaga kependidikan perlu berpedoman pada hal tersebut.

B.     Karakteristik Guru Profesional
     Sebelum memaparkan karakteristik guru professional, penulis akan menggambarkan profil seorang guru dalam konteks professional.

1.    Guru Sebagai Profesi
     Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan ), yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa dipanggil untuk menjabat pekerjaan itu.[36]
     Mengapa istilah profesi ini, Everett Hughes menjelaskan bahwa istilah profesi adalah symbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.
        B.J. Chandler menegaskan tentang profesi mengajar (guru). Dikatakannya bahwa profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan. Kekhususan itu mempunyai kelengkapan mengajar dan atau ketrampilan yang menggambarkan bahwa seorang melakukan tugas mengajar, yaitu membimbing manusia.[37]
           Jadi, guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang diluar bidang pendidikan.

2.    Ciri-Ciri Guru Sebagai Profesi
              Chandler menjelaskan cirri-ciri suatu profesi yang dikutip dari suatu publikasi yang dikeluarkan oleh British Institute of Management. Disitu dikemukakan ciri suatu profesi, yaitu sebagai berikut:
a.    Suatu profesi menunjukkan bahwa orang itu lebih mementingkan layanan kemanusiaan dari pada kepentingan pribadi.
b.   Masayarakat mengakui bahwa profesi itu memiliki status yang tinggi.
c.    Praktek profesi itu didasarkan pada suatu penguasaan pengetahuan yang khusus.
d.   Profesi itu selalu ditantang agar orangnya memiliki keaktifan intelektual
e.    Hak untuk memiliki standar kualifikasi professional ditetapkan dan dijamin oleh kelompok organisasi profesi.
            Apa yang telah dikemukakan di atas nampaknya berlaku dalam bidang manajemen bisnis itu Chandler mencoba menerapkan ciri-ciri profesi itu dalam bidang pendidikan bagi para guru. Ia mengemukakan guru sebagai suatu profesi memiliki cirri-ciri sebagai berikut.[38]
a.    Mengutamakan layanan social, lebih dari kepentingan pribadi.
b.   Mempunyai status yang tinggi.
c.    Memiliki pengetahuan yang khusus ( dalam hal mengajar dan mendidik)
d.   Memiliki kegiatan intelektual ( harus selalu menambah pengetahuan atau mengembangkan diri).
e.    Memiliki hak untuk memperoleh standar kualifikasi professional.
f.    Mempunyai kode etik.
g.   Jabatan itu dipandang  sebagai suatu karier hidup
     Seorang guru yang merasa terpanggil akan memanggul jabatan itu sebagai karier dan telah menyatu dalam jabaannya. Ia punya komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap jabatan itu, punya rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. Karena tugas itu telah menyatu dengan dirinya sendiri.

3.    Posisi  Guru Yang Profesional
     Sekolah merupakan institusi yang kompleks, bahkan malah kompleks di antara keseluruhan institusi social. Kompleksitan tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi. Melainkan dari proses pembelajaran yang di selenggarakan di dalamnya. Sebagai institusi yang kompleks, sekolah tidak akan jadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses peningkatan tertentu.

4.    Guru Yang Profesional
     Perihal teori tentang guru profesional telah banyak dikemukakan  oleh para pakar manajemen pendidikan. Menurut Rice dan Bishoprick, guru professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.[39] Profesionalisme guru oleh dua pasangan penulis diatas tersebut dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidakmatangan menjadi matang, dari di arahkan oleh orang lain menjadi mengarahkan diri sendiri. Peningkatan mutu pendidikan berbasisi sekolah mempersyaratkan adanya  guru-guru yang memiliki pengetahuan yang luas, kematangan yang mampu menggerakkan dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan disekolah.
            Sedangkan Glicman menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara  professional bila mana orang tersebut memiliki kemempuan ( ablity ) dan motivasi (motivasi ) jadi, maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara professional bila mana mempunyai kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang akan bekerja secara professional bila hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan di atas. Betapapun tingginya kemampuan sesorang, ia tidak akan bekerja secara professional apabila tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dan sebaliknya.
           Ibrahim Bafadal menjelaskan bahwa guru professional adalah guru yang memiliki visi yang tepat dan berbagai aksi inovatif. Karena visi tanpa aksi adalah bagaikan sebuah impian, aksi tanpa visi adalah bagaikan perjalanan tanpa tujuan dan membuang-buang waktu saja, visi dengan aksi dapat mengubah dunia.
                      Prof. Dr. H. Hamzah , M.Pd. mengatakan bahwa guru yang professional harus memiliki kompetensi dalam tugasnya sebagai seorang guru. Kompetensi professional guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.adapun kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki adalah sebagai berikut.
a.    Kompetensi Pribadi
            Berdasarkan kodrat manusia sebagai mahkluk hindividu dan sebagai mahluk Tuhan, ia wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkanya kepada peserta didiksecara benar dan bertanggung jawab. Ia harusn memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis danpedgogisdari para peserta didik yang akn di hadapinya.
            Beberapa kompetensi pribadi yang semestinya ada seorang guru, yaitu memilili pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara individual.
b.   Kompetensi social
            Berdasarkan kodrat manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk etis, ia harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik.
            Ia haerus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistic yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Guru hanya sebagai fasilitator. Kompetensi sosial yang dimiliki guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka ( seperti orang tua, tetangga dan sesama teman ).
c.    Kompetensi Profesional Mengajar
     Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan:
1)   Merencanakan sistem pembelajaran
2)   Melaksanakan sistem pembelajaran
3)   Mengevaluasi system pembelajaran
4)   Mengembangkan system pembelajaran
            Pada umumnya orang memberikan arti yang semoit terhadap pengertian professional. Professional sering diartikan sebagai suatu keterampilan teknis yang dimiliki seseorang. Misalnya, seorang guru dikatakan professional bila guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal professional mengandung makna yang lebih dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Professional mempunyai makna ahli ( eksper ), tanggung jab ( responsibility ), baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab moral dan memiliki rasa kesejawatan.
     Makna professional dapat dipandang dari tiga dimensi, yaitu:
a. Ahli ( eksper )
             Yang pertama ialah dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli dalam tugas mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pengajaran yang diajarkan, tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai pengetahuan yang diajarkan.
              Pemahaman konsep dapat dikuasai bila guru juga memahami psikologi belajar. Karena psikologi belajar membantu guru menguasai cara membimbing subjek belajar dengamn memahami konsep tentang apa yang diajarkan. Selain itu guru juga harus mampu menyampaikan pesan-pesan didik.
              Mengajar adalah sarana untuk menidik, untuk menyampaikan pesan-pesan didik.guru yang ahli memiliki pengetahuan tentang cara mengajar               ( teaching is a knowledge ), juga keterampiulan ( teaching is a skill ) dan mengerti bahwa mengajar adalah juga suatu seni ( teaching is an art ).
              Kalau guru harus mampu menyampaika pesan-pesan didik maka ia harus menguasai prinsip-prinsip ilmu mendidik. Nampaknya banyak guru hanya ahli dalam mengajar tetapi kurang memperhatikan segi-segi pendidik.
              Guru yang mampu mengajar saja dan hanya melihat tujuan-tujuan materi pelajaran belaka, mereka ini menerapkan apa yang oleh Paulo Freire disebut Bank Concept. Konsep bank menurut Paulo freire ialah cara guru yang memandang bahwa mengajar itu seperti orang yang memasukkan uang kedalam bank. Uang dimasukkan kdi bank dan akan mendapatkan bunga. Guru mengajar, murid belajar, guru menerangkan, murid mendengarkan, guru bertanya, murid menjawab. Konsep seperti itu tidak manusiawi ( dehumanisasi ) menurut Paulo freire.
              Guru bukan hanya pngajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep berpikir, sikap jiwa dan menyentuh efeksi yang terdalam darin inti kemanusiaan subjek didik.
              Kiat mengajar seperti itulah yang diartikan ahli dalam memberi pengetahuan, mengembangkan pengetahuan dan menumbuhkan apresiasi, sehingga inti kemanusiaan subjek didik dapat berkembang. Dan juga ada proses individulisasi ( proses mematangkan diri senduri ) di situlah inti dari seorang guru yang di sebut ahli dalam mengajar dan mendidik.
              Guru dibentuk bukan hanya memiliki seperangkat keteramoilan teknis saja, tetapi juga memiliki kiat mendidik serta sikap yang professional. Karena guru bukan hanya sekedar menstransfer ilmu, tapi guru juga mentrasfer nilai-nilai di samping mentransfer ilmu.
b.Rasa tanggung jawab ( responsibility )
              Guru yang professional di samping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang di maksud dengan otonomi di atas adalah suatu sikap yang profesioal yang di sebut mandiri. Pengrtian bertanggung jawab menurut ilmu mendidik mengandung arti bawa seseorang mampu memberi pertanggung jawaban, yaitu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap siswa, terhadar orang tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa, dan negara, sesama manusia dan akhirnya terhadap Tuhan yang maha epencita.
              Tanggung jawab memiliki dimensi intelektual, individual, social, etis dan religious. Guru memiliki tanggung jawab intelektual, artinya ia secara nalar mampu mengembangkan konsep-konsep berpikit nalar dan problematis serta sistematis. Sedangkan dari dimensi individu , artinya yang bertanggung jawab adalah orang secara pribad. Ia berdiri sendiri sebagai individu yang utuh untuk mengambil keputusan dan mempertanggung jawabkan keputusan itu. Dimensi social artinya orang yang bertanggung jawab harus mampu memberi pertanggung jawaban kepada orang lain. Dimensi etis, artinya tanggung jawab itu sendiri adalah perbuatan yang baik ( etis ). Dimesi religious artinya seseorang yang bertanggung jawab punya tanggung,njawab terhadap Tuhan yang Maha Kuasa.
c. Rasa kesejawatan
              Salah satu tugas organisasi prifesi ialah menciptakan rasa kesejawatan, sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini di kembangkan melalui organisasi diciptakan rasa kesaejawatan.
              Sedangkan kompetensi guru yang telah dibakukan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas (1999 ) adalah sebagai berikut:
a.    Mengembangkan kerpibadian
b.    Menguasai landasan kependidikan
c.    Menguasai bahan pelajaran
d.   Menyusun progam pengajaran
e.    Melaksanakan program pengajaran
f.     Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan
g.    Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pngajaran
h.    Menyelenggarakan program bimbingan
i.      Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
j.      Menyelenggarakan administrasi sekolah  
    
                                        














BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.  Metode penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk mengkaji sebuah permasalahan hingga membuahkan hasil yang diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.[40]
Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian dengan pendekatan deskriptif.
1.    Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriftif.sedangkan yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau cara – cara lain dari pengukuran (kualifikasi).adapun alas an untuk menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti yang dimana para peneliti metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.hal  ini dikarenakan data yang terkumpul berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologis yang mana seorang peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu.[41]


2.    Subyek penelitian
Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan siswa. karena berdasarkan fakta atau kenyataan mereka yang bertanggung jawab dengan hal – hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
3.    Sumber data dan jenis data
a.    Sumber  data
Menurut Lofland (1984;47) sumber data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti  dokumen dan lain-lain.[42] Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video / audio tape, pengambilan foto / film.
b.    Jenis data
Jenis data pada penelitian kualitatif dibagi kedalam kata-kata, tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.
1) Kata-kata
Kata-kata dan tindakan adalah orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan berperan serta dan merupakan hasil usaha dan gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya.
2) Sumber tertulis
Dilihat dari segi sumber data, bahan yang berasal dari sumber  tertulis dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.
3) Foto
Sudah banyak dipakai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.
4) Data Statistik
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar belakang peneliti.
4.    Teknik pengumpulan data
                        Sebagaimana pada umumnya bahwa pengumpulan data dalam sebuah penelitian membutuhkan beberapa metode penelitian. Pengumpulan data adalah reseach ilmiah bertujuan memperoleh bahan-bahan yang relefan, akurat dan reliabel. Dalam usaha pengumpulan data yang memenuhi kreteria diatas maka dalam hal ini peneliti menggunakan teknik:
a.    Teknik observasi
Dalam penelitian kualitatif pengamatan dimanfaatkan sebesar–besarnya seperti dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981;191-193) sebagai berikut:
1)   Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengalaman secara langsung.
2)   Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian dan sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
3)   Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan profosional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
4)   Sering terjadi pada keraguan pada peneliti, Jangan – jangan pada data yang dijaringnya ada data yang “menceng” atau bias. Hal ini disebabkan karena kurang tepat dalam mengigat peristiwa atau hasil wawancara, ataupun karena reaksi peneliti yang emosional pada suatu saat.
5)   Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi – situasi yang rumit.
6)   Dalam kasus - kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan,  pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.[43]

Pada penelitian ini menggunakan pengamatan yang dilakukan secara langsung, melihat kejadian yang sebenarnya dan mencatat data yang berkaitan dengan upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru professional di Sma YAPITA Surabaya.
b.    Teknik wawancara
               Adapun teknik wawancara dilakukan untuk mencari informasi tentang upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru professional di SMA YAPITA Surabaya. Wawancara akan dilakukan kepada kepala sekolah dan guru.
c.    Teknik dokumentasi
     Dokumentasi berasal dari kata dokumen,yang artinya barang–barang tertulis.Dalam metode dokumentasi ini,peneliti menyelidiki benda–benda tertulis seperti buku– buku, majalah, dokumen, peraturan–peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.[44]
Agar peneliti mendapat kemudahan dalam mendeskripsikan data yang ada,sekaligus menambah keabsahan data penelitian ini.maka peneliti sangat perlu untuk memakai metode dokumentasi dalam penelitian.karena metode dokumentasi merupakan catatan peristiwa – peristiwa yang sudah berlalu.
Dengan tehnik dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data – data yang dapat digunakan sebagai bukti dari penelitian yang dilakukan diantaranya adalah jenis–jenis perencanaan,strategi perencanaan untuk mendukung hasil observasi.


d.   Teknik analisis data
       Dalam tehnik analisis data kualitatif,Bogdan menyatakan bahwa data analysis in the process of systematically searching and arraging the in terview ranscriptc,fieldonets,and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to ot hers. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara,catatan lapangan,dan bahan – bahan lain,sehingga dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,menjabarkannya dengan unit –unit,melakukan sistesa,menyusun kedalam pola,memilih nama yang penting dan yang akan dipelajari,dan membuat kesimpulan yang dapat diceritan kepada orang lain.[45]
Teknik analisis data yang peneliti gunakan bersifat induktif, Adapun langka–langkahnya meliputi:
e.    Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlanya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara rinci dan teliti.makin lama peneliti kelapangan,maka jumlah data akan semakin banyak,komples dan rumit. untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui raduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,memilih hal-hal yang pokok,memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambarang yang lebih jelas,dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan kode pada aspek – aspek tertentu.[46]

f.     Display data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaikan data. Dengan mendisplaikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yng terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yng telah dipahami tersebut.[47]
g.    Penarikan simpulan dan vertifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miless dan Heberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti–bukti kuat yang mengandung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,didukung oleh bukti–bukti yang valid dan konsisten saat meneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.[48]














BAB IV
TEHNIK  ANALISIS
A.  Tehnik Pengumpulan Data
Setelah melakukan pengamatan dan penelitian secara cermat dan mendalam melalaui sumber data yang berhasil diperoleh peneliti baik melalui wawancara, dokumentasi, observasi. Dari itu semua kemudian peneliti berusaha menganalisa temuan data yang diperoleh dengan mengkorelasikan antara landasan teori dan hipotesa dengan hasil data yang diperoleh sebagai uraian berikut:
1.     Dokumentasi
a.    Sejarah berdirinya SMA YAPITA Surabaya 
              SMA YAPITA merupakan sebuah lembaga pendidikan  Islam yang pada mulanya YAPITA adalah pendidikan diniyah yaitu madrasah ibtidaiyah tarbiyatul aulad. Jumlah muridnya pada waktu itu sekitar 12 santri dengan fasilitas seadanya dan menggunakan musholla sebagai tempat belajarnya. Pada tingkat ini siswa hanya mempelajari pengetahuan agama Islam. Lembaga pendidikan diniyah itu didirikan oleh KH.Nur Fadhil pada tahun 1936 yang berada di keputih gg III,no.6.
              Pada tahun 1949, menantu beliau KH. M. Ali membantu mengajar di pesantren itu. Dengan adanya KH.M.Ali inilah mulai Nampak adanya perubahan-perubahan khusunya dalam hal system pengajarannya. Pada tahun 1950 diadakan pembaruhan pada system pengajaran madrasah dari  halaqoh menjadi klasikal yang diterapkan mulai dari kelas I sampai kelas III Ibtidaiyah. Pembaruan juga dilakukan pada formulasi kurikulumnya. Kurikulum yang mulanya hanya terfokus pada pengetahuan agama ditambah dengan pengetahuan umum walaupun hanya terbatas pada pengetahuan social. Pada saat itu masih belum ada ijazah bagi santri yang menyelesaikan studinya.
               Pada tahun 1959, KH.Abdus Syakur ikut berkecimpung pada madrasah tersebut. Mulai saat itulah berdiri madrasah ibtidaiyah dengan tarbiyatul aulad yang berarti pendidikan anak-anak. Pada tahun 1962 dibangun dua lokal kelas untuk menunjang sistem pendidikan dan pengajaran pada madrasah tersebut. Dimulai dari musholla dengan dana murni dari masyarakat. Bangunan baru ini didirikan diatas tanah seluas 10 X 15 Mengajar, wakaf dari KH.Nur Fadhil.
                Ternyata dari tahun ketahun jumlah siswa siswi yang belajar pada madrasah itu semakin bertambah. Denga demikian pengurus dituntut untuk mengusahakan penambahan ruang belajar, maka pada tahun 1962 dibangunlah ruang belajar yang dianggap memadai pada tahun itu sebanyak 4 ruang dengan luas 6 x 6 M, ditambah ruang kantor dan ruang guru seluas 18 M. Disekitar bangunan itulah yang nantinya berkembang menjadi SMA YAPITA, dilokasi yang ada sekarang ini, yaitu di jalan Arif Rahman Hakim Keputih no. 19. Gedung itu dibangun diatas tanah seluas 20 M X 15 M yang merupakan jariyah dari ibu Hj Sulhah, dan KH.Abdus Syakur.
                   Pada tahun 1970 sistem sekolah sudah berubah lagi yang dahulu tanpa kurikulum dan ijazah menjadi berkurikulum dan berijazah walaupun ujiannya harus dilaksanakan diluar sekolah. Baru pada sekitar tahun 1980 ujian sudah dilaksanakan di sekolah sendiri dengan SD/MI Tarbiyatul Aulad, kemudian berubah lagi kurikulum menjadi diknas dan ma’arif. Setelah mengikuti kurikulum diknas nama sekolah berubah menjadi SDI YAPITA dan sekitar tahun 2003 SDI YAPITA ini ditunjuk oleh ma’arif wilayah sebagai sekolah percontohan sehingga namanya menjadi SDU YAPITA yang dipimpin oleh kepala sekolah Bpk. Drs.H.M.Jalaludin M.Pd.I.
                   Sementara itu SMA YAPITA sendiri baru diakreditasi pada tahun 1987, SMA YAPITA dengan status terdaftar dilihat dari kondisi sekolah. Adanya jumlah murid yang relatif masih dibilang sedikit dengan kurikulum dan perlengkapan yang ada dianggap sudah mencukupi. Sepuluh tahun kemudian tepatnya pada 1997 diadakan akreditasi ulang [kedua] dan mendapatkan status sama atau diakui. SMA YAPITA sempat menjadi SMU pada tahun 1999 tetapi hal itu tidak berlangsung lama sampai kemudian pada tahun 2004 kembali lagi statusnya menjadi SMA.
                   Selanjutnya pada tahun 2006 dilakukan akreditasi kembali [ketiga], pada saat itu SMA YAPITA mendapatkan status disamakan dengan kategori B. Dari tahun ketahun SMA YAPITA menampakkan perkembangan dan kemajuan baik dari segi fisik bangunan maupun kuantitas dan kualitas muridnya. Itu semua tidak terlepas dari bantuan dan bangsa yang berotak eropa dan berhati makkah”.
b.    Visi dan Misi
Visi SMA Yapita mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi kedepan dengan memperhatikan potensi perkembangan jaman, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. Untuk mewujudkannya, sekolah menentukan langkah-langkah strategi yang dinyatakan dalam misi berikut
Misi SMA YAPITA Surabaya
1)   Meningkatkan pendidikan iptek dan imtek.
2)   Melaksanakan proses pembelajaran dengan mata pembelajaran umum dan agama secara seimbang.
3)   Mendidik siswa/siswi sebagai generasi penerus bangsa yang lebih dinamis, sinergis, demokratis, dan agamis
4)   Meningkatkan mutu pendidikan yang berbasis sekolah [school based management] dengan mengoptmalkan segala sumber daya yang dimiliki.



c.    Tujuan SMA YAPITA Surabaya
1)        Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah Tuhan    yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
2)        Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berpotensi dalam bidang olahragadan seni.
3)        Membekali peserta didik agar memiliki ketrampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri.
4)        Menanamkan peserta didik sikap ulet dan gigih dalam berkompetensi beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas.
5)        Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kepala sekolah merupakan top leader pimpinan tertinggi. Kebijakan-kebijakan yang diambilnya akan berpengaruh kepada maju mundurnya sekolah yang dipimpin. Namun pengaruh tersebut tidak bersifat pasti, melainkan dinamis. Karena segala bentuk komunikasi yang terjadi, baik yang bersifat formal atau yang tidak formal, merupakan masukan yang bisa dijadikan pertimbangan bagi kepala sekolah untuk mengambil kebijakan.
DR. Dwi Suryanto mengartikannya sebagai seorang pemimpin yang dengan sekuat tenaga berfikir, merenung dan selalu mengidentifikasi kebutuhan dan mengenali kebutuhan para karyawannya. Dia juga memberikan kesempatan kepada para karyawannya untuk belajar seluas-luasnya menjadi pelatih dan pembimbing yang baik bagi mereka.[49]  
Memperhatikan empat dimensi yang harus ada dalam kepemimpinan trasformasional diatas, sebenarnya dalam agama islam juga sudah diterapkan oleh sosok seorang pemimpin yang sempurna yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau memiliki empat sifat yang juga beliau terapkan dalam kepemimpinannnya, dengan empat sifat tersebut beliau menjadi disegani, dihormati, berwibawa dan menjadi tauladan yang sempurna bagi semua umat islam.
Keempat sifat tersebut telah disebutkan dalam sebuah buku yang dikarangan oleh Imam Nawawi al-Bantani, yakni Nur Ad-Dzolam, beliau menjelaskan dari sebuah syair ‘Aqidatul’ awam: yang artinya, Allah telah mengutus para Nabinya yang memiliki Fathanah ( kecerdasan ), Shiddiq    ( kejujuran ),  Tabliq ( menyampaikan ), dan Amanah ( dapat dipercaya).[50]
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinnya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan yang ada disekolahnya, diantaranya:
1.      Mendayagunakan tenaga lain dari luar sekolah yang dipimpinnya (bekerjasama). Dalam meningkatkan mutu manajemen di internal sekolah.
2.      Memberikan kesempatan kepada para tenaga pendidik dan kependidikan untuk meningkatkan profesinya.
3.      Mendorong dan betul-betul memanfaatkan tenaga pendidik dan kependidikan  untuk meningkatkan profesinya.[51]
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkakan kinerja guru antara lain melakukan pembinaan disiplin tenaga pendidikan, pemberian motifasi, penghargaan ( reward ), dan persepsi.[52]
h.    Pembinaan Disiplin Tenaga Kependidikan
Kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin tenaga kependidikan, terutama disiplin diri ( self discipline ). Dalam kaitan itu kepal sekolah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut ( Callahanand, 1988 : 161) :
a.    Membantu tenaga kependidikan mengembangkan pola perilaku.
b.    Membantu tenaga kependidikan meningkatkan standart perilakunya
c.    Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat.
Adapun pentingnya disiplin untuk menanamkan :
a.    Rasa hormat terhadap kewenangan
b.    Upaya untuk menanamkan kerjasama
c.    Kebutuhan untuk berorganisasi
d.   Rasa hormat terhadap orang lain
Peningkatan produktifitas kerja tenaga kependidikan perlu dimulai dengan sikap demokratis. Oleh karena itu dalam membina disiplin, tenaga kependidikan perlu berpedoman pada hal tersebut
Jadi, guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang diluar bidang pendidikan.
Seorang guru yang merasa terpanggil akan memanggul jabatan itu sebagai karier dan telah menyatu dalam jabaannya. Ia punya komitmen dan kepedulian yang tinggi terhadap jabatan itu, punya rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. Karena tugas itu telah menyatu dengan dirinya sendiri.
     Guru yang professional di samping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang di maksud dengan otonomi di atas adalah suatu sikap yang profesioal yang di sebut mandiri. Pengrtian bertanggung jawab menurut ilmu mendidik mengandung arti bawa seseorang mampu memberi pertanggung jawaban, yaitu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap siswa, terhadar orang tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa, dan negara, sesama manusia dan akhirnya terhadap Tuhan yang maha epencita.
     Tanggung jawab memiliki dimensi intelektual, individual, social, etis dan religious. Guru memiliki tanggung jawab intelektual, artinya ia secara nalar mampu mengembangkan konsep-konsep berpikit nalar dan problematis serta sistematis. Sedangkan dari dimensi individu , artinya yang bertanggung jawab adalah orang secara pribad. Ia berdiri sendiri sebagai individu yang utuh untuk mengambil keputusan dan mempertanggung jawabkan keputusan itu. Dimensi social artinya orang yang bertanggung jawab harus mampu memberi pertanggung jawaban kepada orang lain. Dimensi etis, artinya tanggung jawab itu sendiri adalah perbuatan yang baik ( etis ). Dimesi religious artinya seseorang yang bertanggung jawab punya tanggung,njawab terhadap Tuhan yang Maha Kuasa.
B.  Tehnik wawancara
Sebagaimana telah peneliti uraikan dalam pembahasan didepan, tentang upaya kepala sekolah dalam memberdayakan Guru Profesional di SMA YAPITA Surabaya  adalah:
1.    Untuk merekrut sangat terperinci
2.    Untuk meningkatkan kuwalitas berusaha proaktif dengan luar, mengirim guru untuk memenuhi undangan workshop dan pembekalan satu bulan sekali disekolah
3.    Untuk metode, guru diberi kebebasan berespresi diluar kelaspun tidak masalah, asalkan masih lingkup sekolah dan apa yang disampaikan mengena
4.    Kepala Sekolah berusaha menjadi uswah yang baik
Berikut hasil analisis dari wawancara dengan waka kurikulum :
1.      Kepala sekolah tidak sembarangan merekrut pendidik, karena kwalitas anak didik tergantung pada pendidiknya, jadi perekrutnya harus selektif.
2.      Untuk menjadi guru professional dalam bidangnya kapala sekolah proaktif dengan luar, mengirim guru untuk mengikuti seminar.
3.      Sebagai upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru professional di yapita. Selain mengikutikan seminar, guru diberi kabebasan untuk membuat metode sebagai rasa percaya dan bukti bahwa guru itu ahli dibidangnya, dengan memanfaatkan apa yang ada sesuai dengan tujuan. Kualitas anak didik tergantung kualitas pendidiknya, seorang pendidik harus berfikir inovatif dan menjadi megnet dengan pendidiknya agar tidak jenuh dalam mencapai tujuan.
Berikut ini analisis hasil wawancara dangan salah satu guru bidang study :
1.      Kami ada untuk jadi pendidik, dan kehadiran kami telah diseleksi
2.      Untuk pemberdayaan. Kami diaktifkan untuk ikut serta, setiap ada undangan seminar.
3.      Metode yang kami ajarkan sesuia dengan pengetahuan yang kami dapat. Kami (pendidik) bebas berespresi asalkan tujuan pendidikan tercapai.
C.  Analisa Data
Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, interview dan dokumentasi, maka penulis dapat mengumpulkan data-data yang akan penulis sajikan dan analisa sebagai berikut
      SMA YAPITA merupakan sebuah lembaga pendidikan  Islam yang pada mulanya YAPITA adalah pendidikan diniyah yaitu madrasah ibtidaiyah tarbiyatul aulad. Sebagaimana telah peneliti uraikan dalam pembahasan didepan, tentang upaya kepala sekolah dalam memberdayakan Guru Profesional di SMA YAPITA Surabaya  adalah:
1. Kepala Sekolah berusaha menjadi uswah yang baik
2.  Untuk merekrut sangat terperinci
3. Untuk meningkatkan kuwalitas berusaha proaktif dengan luar, mengirim guru untuk memenuhi undangan workshop dan pembekalan satu bulan sekali disekolah
4. Untuk metode, guru diberi kebebasan berespresi diluar kelaspun tidak masalah asalkan masih dalam lingkup sekolah dan apa yang disampaikan mengena. 

Jadi, guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang diluar bidang pendidikan.

Guru yang professional di samping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang di maksud dengan otonomi di atas adalah suatu sikap yang profesioal yang di sebut mandiri.
















BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1.    Simpulan
Dari hasil penelitan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa simpulan yang menjadi jawaban atas pernyataan-pernyatan yang diajukan, Peningkatan kualitas para guru memang masih di pertanyakan sampai sekarang. Fenomena yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa banyak para sarjana di bidang non kependidikan mengambil alternatif program tambahan Akta IV atau program kependidikan guna mendapat sertifikat supaya dapat menjadi guru. Pada umumnya mereka mengambil alternatif Akta IV sebagai alternatif terakhir mengingat pekerjaan yang lain sangat sulit diperoleh. Bagaimana dengan kualitas mereka, benarkah mereka mampu menjadi guru sebagai tenaga professional.
Terkadang manusia melihat suatu jenis pekerjaan berdasarkan prestigenya. Seperti menjadi dokter tentu masyakarat akan lebih menghargainya dibandingkan guru. Selain gaji yang berbeda, proses pembelajaran yang dijalani oleh calon dokter juga berbeda dengan calon guru. Sehingga sudah merupakan hal yang lumrah dimana gaji yang mereka peroleh di masa bekerjanya cukup besar yaitu seimbang dengan biaya yang dikeluarkan selama proses belajar untuk menjadi dokter.
Alangkah bahagianya para guru itu jika mendapatkan reward yang hampir sama dengan dokter. Mereka tidak harus terus mengemban label "pahlawan tanpa tanda jasa" bukan? Sebaiknya institusi penghasil guru perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Memperbaiki kurikulum perkuliahan dengan menekankan pada kompetensi guru yang berkualitas; 2) Memasukkan program pembekalan lapangan dalam proses belajar-mengajar selama jangka waktu 1 tahun di sekolah-sekolah yang membutuhkan tenaga pengajar sebagai wahana pembentukan tenaga guru yang profesional.


2.    Saran-Saran
Setelah mengadakan penelitian tentang  upaya kepala sekolah dalam memberdayakan guru yang  professional di SMA YAPITA tahun 2010-2011. Maka dari itu penulis dapat mengambil simpulan bahwa pentingnya menjadi pemimpin yang  visioner (yang mampu merealisasikan visi menjadi aksi dan mampu mewujudkan impian menjadi nyata) sebagai upaya untuk memberdayakan guru professional agar menghasilkan pendidik yang berkualitas. Karena manusia tidak bisa menghindari khilaf dari penulis  memberikan saran untuk masukan agar lebih baik kedepannya. Sebagai berikut:
          Dalam memberdayakan guru, hendaknya  bisa menghadirkan tutor jadi tidak hanya proaktif diluar tapi juga didalam dan tidak hanya saja mengikuti pelatihan-pelatihan di luar akan tetapi juga melakukan pelatihan di sekolah sehingga guru bias langsung mempraktikan ilmu atau materi yang telah di peroleh.











DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan, Jakarta : Rineka cipta.
Danim, Sudarwan. 2006. Visi baru manajemen sekolah, dari unit birokratis kelembaga
akademik, Jakarta : Bumi Aksara.
Dwi Suryanto, 2009. Komponen perilaku kepemimpinan transformasional (pengantar bag. 16), (www.koran pendidikan.com) 15 maret 2009.
http//www.cs, lu. Ac. Id/Kuliah metode penelitian.
Lazaruth, Suewadji. 1984. Kepala sekolah dan tanggung jawabnya, Jogjakarta : Kanisiun.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi penelitian kualitatif, Edisi revisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi guru professional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi kepala sekolah professional. Bandung : PT. Remaja Rasdakarya.
Najir,  Metode penelitian. Jakarta : Gholia Indonesia.
Nana sujana dan Ibrahim, Metodologi penelitian,
Sugeng, Ahamd. 2008. Manajemen SDM pendidikan dan pelatihan. Surabaya :Edisi Khusus.
Sugiono. 2010. Metode kuantitatif kualitatif R&D. Bandung : Alvabeta.
Suyipno Paiton, Kiprah kepala sekolah tentukan wajah sekolah, http://www.dispenikkabprob.org, 1 Agustus 2009.
Syafaruddin. 2002. Manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. Jakarta : Grasindo.
Tinuk,Hariati. 2009. Delapan kompetensi kepala sekolah ideal, http://www.koran pendidikan.com.
Uno, Hamzah B. 2007. Profesi kependidikan. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh Uzer. 1995. Menjadi guru profesional. Bandung : PT. Remaja rosdakarya.
Wahjosumidjo. 1995. Kepemimpinan kepala sekolah tinjauan dan permasalahannya. Jakarta : Rajawali press.
Wahyudi. 2009. Kepemimpinan kepala sekolah dalam organisasi pembeajaran. Pontianak : Alfabeta.










LAMPIRAN
A.  Lampiran wawancara
1)   Wawancara dengan kepala sekolah
Lam       : 01/KS
Tanggal  : 26 mei 2011
Nama     : H. Noer hafidin, SH.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah
1.    Tanya : Bagaimanakah upaya bapak dalam merekrut pendidik?
Jawab: Sekolahan kami bukan lingkup besar, kami menerima pengajuan lamaran jika ada guru yang kosong.
2.    Tanya : bagaimanakah upaya bapak dalam memperdayakan guru prifesional?profesional yang dimaksud ahli dalam bidangnya!
Jawab : SMA Yapita yang berada dibawah naungan Ma’arif, program yang kami jalankan itu telah ditentukan oleh ma’arif. Dan kami berusaha untuk aktif diluar, setiap ada kegiatan kami selalu mengikut sertakan para guru, untuk professional sudah terlihat dariawal melalui surat lamaran yang telah diajukan.
3.    Tanya : Untuk metode pengajaran yang diberikan kepada anak didik apakah sudah ditentukan oleh kepala sekolah atau kreatifitas guru?
Jawab : Untuk itu pihak sekolah sudah memberikan kebebasan kepada guru, karena mereka lebih paham akan kondisi anak didik itu sendiri.


2)   Wawancara dengan waka kurikulum
Lam       : 02/Waka kurikulum
Tanggal  : 1 Juli 2011
Nama     : Mursalin S P.d
Hasil wawancara dengan waka kurikulum
1.    Tanya : Bagaimana untuk perekrutan tenaga baru yang professional?
Jawab :
 a. Untuk perekrutan ada dua macam
1)   Kebutuhan (mencantumkan lowongan)
2)    Ada yang memasukkan Lamaran

b. Tenaga didik yang diterima
1)   Profesional dibidangnya (melihat data tertulis yang diterima   secara lengkap dan mencari info tentang sebenarnya sosok yang melamar melalui orang-orang yang mengenalnya)
2)    Islam Sesuai Ahli Sunnah Wal Jamaah
2.      Tanya: untuk meningkatkan profesi guru, Program apa yang bisa diikutsertakan oleh guru yang bersangkutan?
Jawab :
           kami berusaha Proaktif tentang berbagai hal yang ada diluar, yaitu mengirim guru untuk mengikutsertakan Workshop (memenuhi undanagan untuk meningkatkan kwalitas Guru)
3.    Tanya: Bagaimana untuk metode pengajaran guru? Apa telah ditetapkan oleh Kepala Sekolah apa dari guru sendiri?
Kepsek:
Guru diberi kebebasan berespresi dan membuat metode sendiri, belajar tidak belajar dikelas no problem asalkan tetap lingkup sekolah dan apa yang disampaikan mengena.

4.    Tanya: Kepala Sekolah adalah pemimpin tertinggi disekolah yang      bertugas mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan, semua personal yang ada dibawahnya….dan bagaimana bapak memberi uswah kepada anak buahnya?

Jawab : berusaha bagaimana menjadikan diri dapat menjadi Uswah/ contoh (apa yang baik dikerjakan, dan yang tidak baik baik ditinggalkan)

5.    Tanya: menurut bapak apa tujuan mengikutsertakan guru dalam seminar tersebut, dan guru yang bagaimana yang dikirimkan?
a.    Sebagai penambahan pengetahuan / kurikulum (bersifat umum)
b.    Untuk guru yang diikutsertakan, sesuai undangan. Kalau mengkususkan guru tertentu yang dikirim sesuai undangan. Contohnya: Matematika, fisika dll.
6.    Tanya: bagaimana tentang fasilitas untuk mendukung guru dalam meningkatkan kwalitas kinerjanya?
Kepsek:
kami menyidiakan apa yang diperlukan, dan akan mengadakan penambahan sesuai kebutuhan.
7.    Tanya: Fasilitas apa saja yang tersedia disekolah ini,  yang bisa dimanfaatkan guru dan Murid?
Kepsek:
Perpustakaan, LAB IPA, LAB BAHASA, LAB KOMPUTER (40 unit dan fasilitas internet )
8.    Tanya: Bagaimana untuk metode pengajaran guru? Apa telah ditetapkan oleh Kepala Sekolah apa dari guru sendiri?
Kepsek:
Guru diberi kebebasan berespresi dan membuat metode sendiri, belajar tidak belajar dikelas no problem asalkan tetap lingkup sekolah dan apa yang disampaikan mengena.
9.    Tanya: Seminar yang diikutkan guru karena memenuhi undangan kalau dari sekolah sendiri ada program apa, untuk meningkatkan kuwalitas guru dalam pembelajaran?
Kepsek:
pembekalan satu bulan sekali untuk kurikulum
10.    Tanya: Sebagai pengontrol, apakah guru berkewajiban menyerahkan RPP?
Kepsek:
RPP itu sebagai pegangan guru, tidak wajib menyerahkan, yang penting guru berhasil menyampaikan kepada anak didiknya.
11.    Tanya: Bagaimana untuk mengecek keberhasilan guru dalam mengajar, apa dari hasil nilai siswa yang diperoleh?
Kepsek:
Nilai bukan segalanya, saat rapat dewan guru untuk memutuskan seorang anak naik kelas / tinggal kelas, dilihat dari penggabungan sikap dan nilai yang diperoleh, serta masukan para guru.
12.    Tanaya: Disekolah Yapita ada beberapa exstra, apakah pengajar extra juga pengajar mata pelajaran?
Kepsek:
Tidak, masing-masing ada gurunya sendiri















13.                                                                    Wawancara dengan Guru bidang study
Lam           : 03/Guru bidang study
Tanggal     : 6 Juli 2011
Nama         : Mursalin S P.d
Hasil wawancara dengan Guru bidang study
1.      Tanya: sebagai  seorang  guru, anda memiliki peran besar terhadap kwalitas anak didik , oleh karena itu tidak sembarangan kepala sekolah dalam merekrut  para pendidik, bagaimana proses perekrutan  anda diterima menjadi pendidik di SMA Yapita Surabaya ini?

Jawab: keseriusan kita pasti ada keberhasilan, dan kebaikan akan terbalas dengan kebaikan. Seusai kuliyah saya menuliskan surat lamaran menjadi pendidik beserta beberapa lampiran tentang diti saya selengkap mungkin, satu bulan telah berlalu surat itu saya taru, dan akhirnya saya diterima menjadi guru sesuai bidang saya

2.      Selama menjadi pendidik, program apa yang telah anda ikuti sebagai upaya sekolah dalam memberdayakan guru profesional  yaitu guru yang ahli dalam bidangnya?
Jawab: pembekalan satu bulan sekali (kurikulum) dan mengirimkan guru sesuai bidang setudi pada workshop pelatihan guru.
3.      Bagaimana untuk metode pengajaran, apa telah ditetapkan?
Jawab: untuk metode kami punya kebebasan, yang penting tujuan tercapai
4.      Bagaimana strategi  anda sebagai pendidik untuk menjadi magnet  anak didik, agar apa yang anda sampaikan dapat dipahami?
Jawab: menjadi sahabat yang  welcome dengan masalah pribadi anak didik, dikala diluar jam pelajaran. Dan disaat jam pelajaran menfokuskan pikiran anak didik  agar bener-bener paham apa yang ia terima
5.      Seorang anak didik pasti mempunyi kejenuhan terhadap segala hal yang monoton, bagaimana strategi anda sebagai pendidik agar anak didik terus punya semangat dalam belajar/
Jawab: kejenuhan karena kurang inovatif pikiran kita, seorang pendidik harus peka terhadap perkembangan anak didiknya dan harus bisa memanfaatkan  segala hal yang ada. Metode yang tidak monoton, ruang belajar yang tidak hanya dikelas, jadi kita bisa memanfaatkan: masjid, perpus, LAB, halaman, asal tetap lingkup sekolah, hal itu boleh-boleh saja dan diizinkan oleh kepala sekolah.

  1. Lampiran surat tugas
1)      Mengikuti workshop analisa konteks dalam penilaian SMA (mata pelajaran PAI )
2)      Mengikuti workshop analisa konteks dalam penilaian SMA (mata pelajaran sosiologi )
3)      Kegiatan MGMP Bahasa Inggris
  1. Lampiran Surat Keterangan Observasi
  2. Lampiran Surat Bimbingan
  3. Lampiran Data Ketenagaan SMA Yapita tahun 2010-2011
  4. Lampiran foto (gedung sekolah dan kegiatan belajar mengajar) SMA Yapita Surabaya







a.      Gedung SMA YAPITA Surabaya





b.      Kegiatan belajar dielas




c.       Kegiatan elajar di LAB















[1] Drs,Ahmad sugeng, M Pd.Manajemen SDM Pendidika dan Pelatihan. Edisi KHusus. Surabaya 2008
[2]DR.Wahyudi, Kepemimpinan kepala sekolah dalam organisasi pembelajar, ALFABETA.pontianak 2009
[3]Dr.E.mulyasa,Menjadi Kepala sekolah Profesional,PT REMAJA ROSDAKARYA,BANDUNG 2007.
[4] Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya.RAJAWALI PERS. JAKARTA 1995.
[5] Drs.Ahmad Sugeng, M pd. Manajemen SDM Pendidikan dan Pelatihan, Edisi Khusus. Pontianak 2008.
[6] Dr.E.mulyasa,Menjadi Kepala sekolah Profesional,PT REMAJA ROSDAKARYA,BANDUNG 2007.

[7] Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan,GRASINDO. JAKARTA 2002.
[8] Drs.Moh.Uzer Usman.Menjadi Guru Profesional. PT REMAJA ROSDAKARYA. BANDUNG 2006.
[9] Prof.Dr.Suharsimi Arikunto,proseddur penelitian suatu pendekatan praktik,Jakarta:PT Rineka Cipta.2006).34.
[10] Dr.lexy j moleong,M.A,metodologi penelitian kualitatif (Bandung:PT remaja rosdakarya.2002).9
[11] Ibid.112
[12] Ibid.125-126
[13] Prof.Dr.Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta:Rineka cipta 2006),158.
[14] Prof. Dr. Sugiono,metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D (Bandung:Alvabeta 2010),244.
[15]  Ibid.247
[16]  Ibid.249
[17]  Ibid.252
[18] Ahmad Sugeng, Mnaajemen Sumber aya Manusia, Pendidikan Dan Pelatihan (Surabaya: Mias, 2006), 43
[19] E. Mulyasa, hal 24-25
[20]  Suyipno Paiton, Kiprah Kepala Sekolah Tentukan Wajah Sekolah,http://www. Dispendikkabrob.org, 1Agustus 2009

[21] Soewadji lazaruth, Kepala Sekolah Dan Tanggung Jawabnya, (Yokyakarta: Kanisius, 1984), 20
[22] Sudarman Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, Dari unit Birokasi ke lembaga Akademik, (Jakara: Bumi Aksara,2006) cet. Ke-1, 211
[23] Hariati Tinuk, Delapan Kompetensi kepala Sekolah Ideal, http://www, Koran Pendidikan.com. 1 Agustus 2009
[24] Aan Komariah, Sepi Triatna, visionary Leadership Menuju Sekolah efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 77
[25] Dwi Suryanto, Komponen Prilaku Kepemimpinan Transformasional (Pengantar bag 16), (www. Pemimpin-unggul.com) 15 Maret 2010
[26] Syaikh Ahmad Al-marzuki, Mandzumah Aqidatul’Awam, (Indonesia: Dar Ihya’ Kultub al-arabiyah, 1990), hal 11 E. Mulyasa, menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 98
[27] Ibid, 98-99
[28] Ibid, 99
[29] Ibid, 103-104
[30]  Ibid, 107-110
[31] Wahyudi, KepemimpinanKepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Bandung: Alfabeta, 2009), 11-12.
[32] E. Mulyasa, Menjadi kepala Sekolah Profesional, 115
[33] Ibid, 115-116
[34] Ibid, 118
[35] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 2
[36] Ibid, 120-122
[37] Mulyasa, Menjadi Kepala sekolah Profesional, 141.
[38]  Ibid, 26.
[39]  Ibid, 27.
[40] Prof.Dr.Suharsimi Arikunto,proseddur penelitian suatu pendekatan praktik,Jakarta:PT Rineka Cipta.2006).34.
[41] Dr.lexy j moleong,M.A,metodologi penelitian kualitatif (Bandung:PT remaja rosdakarya.2002).9
[42] Ibid.112
[43] Ibid.125-126
[44] Prof.Dr.Suharsimi Arikunto,prosedur penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta:Rineka cipta 2006),158.
[45] Prof. Dr. Sugiono,metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D (Bandung:Alvabeta 2010),244.
[46]  Ibid.247
[47]  Ibid.249
[48]  Ibid.252
[49] Sudarman Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, Dari unit Birokasi ke lembaga Akademik, (Jakara: Bumi Aksara,2006) cet. Ke-1, 211
[50] Hariati Tinuk, Delapan Kompetensi kepala Sekolah Ideal, http://www, Koran Pendidikan.com. 1 Agustus 2009
[51] Ibid, 98-99
[52] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 2